Filsafat ialah pemusatan pikiran sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan. Jadi bagi setiap manusia yang mendapatkan kepribadiannya dan dapat mengalami kesungguhan di dalamnya karena menempuh jalan pemusatan pikiran dalam segala hubungan cabang pikiran pada hakikatnya sudah membentuk filosofi. Menolak atau tidak menerima pemusatan pikiran orang lain juga sudah ikut pula membentuk filosofi. Kedua-duanya adalah cara jalan atau pemakaian hikmat yang ada pada manusia. Jadi, makna filsafat dapat ditinjau dari dua segi etimologi yang terdiri atas kata philos yang juga berarti mencari dan mencintai sedangkan sophia artinya kebenaran dalam arti kebijaksanaan hikmat. Filsafat artinya ajaran atau orang yang mencapai taraf tertinggi pengetahuan dan mencintai kebenaran dalam arti kebijaksanaan. Makna kedua ialah suatu proses terusmenerus mengenai aktivitas pikiran murni yang menghasilkan kebenaran dalam arti kebijaksanaan yang kemudian menjadi pandangan hidup seseorang atau suatu kelompok manusia tertentu.
Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang sebenarnya. Epistemologi adalah ilmu yang membahas secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang benar. Sedangkan Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan.
1. Ontologi
Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau
dengan kata lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar
ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi objek penelaahan
ilmu.
Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya, ilmu dapat
disebut sebagai pengetahuan empiris, karena objeknya adalah sesuatu yang berada
dalam jangkauan pengalaman manuskia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dapat diuji oleh panca indera manusia. Berlainan dengan agama atau
bentuk-bentuk pengetahuan yang lain, ilmu membatasi diri hanya kepada
kejadian-kejadian yang empiris, selalu berorientasi terhadap dunia empiris.
Dilihat dari landasan ontologi, maka ilmu akan berlainan
dengan bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Ilmu yang mengkaji problem-problem
yang telah diketahui atau yang ingin diketahui yang tidak terselesaikan dalam
pengetahuan sehari-hari. Masalah yang dihadapi adalah masalah nyata. Ilmu
menjelaskan berbagai fenomena yang memungkinkan manusia melakukan tindakan
untuk menguasai fenomena tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.
Ilmu dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan bukan
dimulai dari kepastian, sehingga berbeda dengan agama yang dimulai kepastian.
Ilmu memulai dari keragu-raguan akan objek yang berada dalam jangkauan
pengalaman manusia. Objek pengenalan ilmu mencakup kejadian-kejadian atau
seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh pengalaman manusia.
Jadi ontologi ilmu adalah ciri-ciri yang essensial dari
objek ilmu yang berlaku umum, artinya dapat berlaku juga bagi cabang-cabang
ilmu yang lain. Ilmu berdasar beberapa asumsi dasar untuk mendapatkan
pengetahuan tentang fenomena yang menampak. Asumsi dasar ialah anggapan yang
merupakan dasar dan titik tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu pengetahuan.
2. Epistimologi
Epistimologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, epistimologi adalah suatu teori pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selama hal itu terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan menggunakan metode keilmuan, sah disebut keilmuan. Kata-kata sifat keilmuan lebih mencerminkan hakikat ilmu daripada istilah ilmu sebagai kata benda.
Secara umum dipahami bahwa epistemologi menjadi landasan
nalar filsafat, untuk memberikan keteguhan dan kekukuhannya bahwa manusia dapat
memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Di bawah ini, dapat disebutkan beberapa
nilai penting epistemologi, yaitu:
1) Epistemologi memberikan kepercayaan bahwa manusia
mampu mencapai pengetahuan. Kita ketahui bahwa pada masa Yunani Kuno, ada
kelompok sophis yang menggugat kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan,
dan masa kini kelompok ini lebih dikenal dengan skeptisisme dan agnotisisme.
Kelompok ini menegaskan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan, karena tidak
ada fondasi yang pasti bagi pengetahuan kita. Untuk itulah, maka kajian
epistemologi penting guna mengupas problematika ini sehingga kita dapat
menyatakan bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan dan mendapatkan
kepastian.
2) Epistemologi memberikan manusia keyakinan yang kuat
akan pandangan dunia (world view) dan ideologi yang dianutnya. Agama berisi
pandangan dunia, pandangan dunia diperoleh melalui penalaran filsafat yang
basisnya epistemologi. Karena itu, jika epistemologinya kokoh, maka kajian
filsafatnya juga akan kokoh sehingga pandangan dunia dan ideologi, serta agama
yang dianut pun akan memiliki kekokohan dan keutuhan.
3) Di dunia ini banyak aliran pemikiran yang berkembang
dan terus disosialisasikan oleh para penganutnya. Karena setiap aliran
pemikiran didapat dari penyimpulan pengetahuan, ini berarti pemikiran juga
berurusan dengan epistemologi. Untuk itu, epistemologi akan memberikan kita
kemampuan untuk memilih dan memilah pemikiran yang berkembang dan
membanding-bandingkannya sehingga diketahui mana yang benar dan mana yang
keliru.
4) Epistemologi mengukuhkan nilai dan kemampuan akal
serta kebenaran dan kesahihan metodenya dalam mendapatkan pengetahuan yang
benar. Bagi kalangan empirisme, indera merupakan jalan utama memperoleh
pengetahuan. Adapun akal, tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang
dunia, karena—seperti dikatakan David Hume—semua yang masuk akal tentang dunia
adalah bersifat induktif, dan pemikiran induktif tidak menjamin kebenaran
hasilnya. Jadi epistemologi akan mengkaji leshahihan metode akal atau pun
metode empiris.
5) Salah satu hal yang sering kita lakukan adalah
tindakan akumulatif pengetahuan. Artinya, manusia memiliki kemampuan untuk
memperbanyak pengetahuan dari berbagai hal yang umumnya telah kita ketahui
terlebih dahulu. Untuk itulah, epistemologi memberikan sarana bagi manusia
untuk melipatgandakan pengetahuannya dari bahan-bahan dasar yang telah ada
dalam mentalnya melalui teknik-teknik yang sistematis dan teratur.
3. Aksiologis
Dasar aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahawa ilmu telah memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia dalam menegndalikan kekuatan-kekuatan alam. Dengan mempelajari atom kita dapat memanfaatkannya untuk sumber energi bagi keselamatan manusia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia. Penciptaan bom akan meningkatkan kualitas persenjataan dalam perang, sehingga jika senjata itu dipergunakan akan mengancam keselamatan umat manusia.
Komentar
Posting Komentar